Translate

7.8.09

Mafia Wars Part I : The Beginning

Mafia Wars
Part I : The Beginning
Category : Sci-Fi (Science Fiction)
Written by : Blog Author
Inspired from : Jumanji


Gadis itu mengelap kaca matanya yang berembun, lalu melanjutkan aktifitasnya di depan computer. Di screen desktopnya terbuka aplikasi facebook. Beberapa teman mengajak untuk bergabung dalam game online. Tapi gadis itu tidak bergeming.
“Honey ! C’mon kamu belum makan siang dari tadi !”
Suara teriakan ibunya mengagetkannya, ia menengok jam di screen monitornya. Oh my …sudah jam 14.30. Gadis itu menutup room chatnya, dan bergegas turun ke lantai bawah.
Dilihatnya ibunya sedang menonton televisi dengan tenang, lalu ia beranjak ke ruang makan. Di meja makan tersaji daging asap, keju parmesan, bacon dan selada sebagai dessertnya. Sudah dingin. Gadis itu beranjak mengambil piring beberapa daging asap dan bacon lalu meraih mustard di laci dapur, dan menuangkan diatas daging asap. Lalu makan dengan tenang.
“Freak ! bisa-bisanya mencampur mustard diatas dag..”
Gadis itu sontak bangkit dari meja makan mengejarnya…berlari menuju halaman belakang lalu mengambil pakaian dijemuran lalu menutup dan mengikat kepala adiknya dengan pakaian. Adiknya berteriak-teriak histeris.berusaha melepaskan pakaian itu dari kepalanya.
“Rasakan itu !” gadis itu tersenyum penuh kemenangan
“hmph…manusia kuper ! mom ! hardiknya dari dalam pakaian
Ibunya sudah berdiri di hadapan halaman belakang rumah.
“Jessica ! apa yang kamu lakukan pada adikmu !”
“Itu akibat kesalahannya sendiri bu !” elaknya lalu melangkah gontai meninggalkan halaman belakang rumah.
Ibunya menghampiri anaknya yang bungsu lalu membuka ikatan pakaian di kepalanya.
“Dion, jangan sering mengganggu kakakmu”
“Tapi ibu ….”
Ibunya menatap tajam kearah anak bungsunya. Lalu meninggalkannya sendiri di halaman belakang rumah.
Ibunya menghela nafas lalu kembali ke ruang tengah. Bukan hal yang mudah untuk mengurus kedua anaknya. Andaikata jeff tidak meninggalkannya sendiri mengurus semuanya. Ia menatap keluar menuju halaman belakang. Dilihatnya dion berlari-lari menuju jalanan kecil ke taman belakang. Ia hanya diam lalu melanjutkan tontonan televisi.

Sepeninggal ibunya, dion meninggalkan rumahnya menuju taman di belakang rumahnya. Ia sangat membenci kakaknya. Ia tak tahu bagaimana mulanya sehingga mereka berdua tidak akur.
Ia menyusuri jalan setapak di belakang rumahnya, ia berjalan menjauh dari rumahnya. Ia berhenti di depan sebuah rumah kosong. Rumah itu besar sekali, hanya sekarang tidak terurus penuh dengan rumput-rumput liar dan beberapa balok-balok yang menutupi sepanjang rumah itu. Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundaknya. Ia kaget, nyaris berteriak. Ia berbalik, ternyata ia sudah dikelilingi teman-teman di sekitar kompleks itu. Mereka menertawakannya.
“Dasar penakut ! hahaha…”
“Sedikit lagi ia akan pingsan…hahaha” yang lain menambahkan.
“Siapa bilang aku takut ! enak saja !” elaknya
“Oh yah…berarti kau berani tinggal di dalam rumah itu saat sore menjelang hingga keesokan harinya” seorang anak yang bertubuh paling besar dan berambut coklat menantangnya.
“Haa?...”
“Well apa kau berani ..”
Ia terdiam, tapi jika ia menolak ia akan menjadi bulan-bulanan mereka.
“Siapa takut !”
“What ? are you sure ?” si gendut itu tersenyum puas
“Okey, kami akan mengantarmu sebentar sore ke tempat ini dan kamu harus menepatinya. Awas saja jika tidak !” anak-anak itu lalu berbalik meninggalkannya.
Sekarang ia berdiri sendiri di depan rumah itu, menatap lekat-lekat. Terbayang beberapa waktu yang lalu beberapa orang yang lewat di depan rumah itu sering mendengar hal yang ganjil dari dalam rumah itu ditambah lagi pemiliknya meninggalkan begitu saja rumah itu.
Dion pulang. Dilihatnya ibunya masih sibuk menyiapkan makan malam. Ia naik ke ruangan atas menuju kamarnya. Ia berhenti di depan pintu kamar kakaknya, terdengar suara musik dari dalam. Linkin park. Crawling . Ia melanjutkan langkahnya rasanya malas sekali menggangu kakaknnya saat ini. Ia masuk ke kamarnya di lihat jam wekernya masih menunjukkan pukul 15.30. Masih lama, ia meraih play stationnya lalu menenggelamkan diri dalam permainannya. Nyaris dua jam ia bermain, dilihatnya jam wekernya sudah jam 17.00 lewat. Ia bergegas mengambil ranselnya membawa pakaian secukupnya dan senter.
Iapun keluar dari kamarnya, menengok ke kamar kakaknya. Kosong. Ia menyisir kamar itu dilihatnya jam tangan favorite kakaknya terletak di atas meja riasnya. Ia tersenyum lalu meraih jam itu dan memasukkan ke dalam tas lalu menuju ruang dapur mengambil roti di lemari dan berpamitan ke ibunya.
“Mom, malam ini aku ke rumah chang, ada beberapa tugas yang harus diselesaikan”
“Oh iya, okey take care honey” ia membelai rambut anaknya dan mengantarnya di depan pintu. Ia berbaik dan nyaris saja ia pingsan takkala dilihatnya putrinya sedah berdiri di hadapannya, menanyakan apakah ibunya memindahkan jam tangan dia ats meja riasnya. Ibunya menggeleng. Jesspun lalu mengejar dion yang baru saja keluar dari rumah.
“Hey ! kembalikan jamku” teriaknya di depan rumah
Dion berlari meninggalkan kakaknya yang semakin kesal di tinggalkan di depan halaman.
Kakaknya tidak tinggal diam, diraihnya overcoat lalu berusaha mengejar adiknya yang kelihatan terengah-engah dan berhenti di sebuah rumah besar. Dilihatnya beberapa anak berkumpul di depan rumah itu, menyoraki adiknya lalu menunggu di seberang jalan. Hari sudah nyaris gelap dilihat adiknya berusaha masuk dalam sebuah rumah megah.
Ia terpaku. Panik
“What are you doing there !” pekiknya. Ia melanjutkan berlari menuju adiknya yang sudah berada dalam pekarangann rumah itu. mau tak mau ia harus ke sanan juga. Ia tidak memperdulikan hari yang mulai gelap. Ia memanggil-manggil adiknya, dilewatinya pekarangan rumah yang sudah tidak terurus itu.
“Mau apa mahluk itu ditempat ini…uuuh”
Jess mencoba memasuki rumah tua itu dari pintu belakang, ia menuju ke arah cahaya senter dinyalakan. Dan ia berhasil mendapatkan adiknya di tengah-tengah sebuah ruang keluarga yang sangat luas. Ia mengumpat pada adiknya.
“Apa yang kau lakukan di tempat ini”
“Ini bukan urusanmu”
“Tentu saja ini bukan urusanmu..lagian ngapain kamu mengejarku”
“Oh yah…kembalikan jamku”
Dion mengeluarkan jam itu dari kantung tasnya.
Jess meraihnya dan menggunakan pergelangan tangannya. Dan berbalik meninggalkan adiknya. Hari sudah gelap gadis itu harus meninggalkan temapt itu dan pergi berkencan dengan harris. Jika saja manusia kerdil ini tidak mengambil jamku mungkin aku sudah selesai dandan dari tadi. Keluhnya dalam hati.
Baru saja gadis itu melangkahkan kaki menuju pintu belakang tiba-tiba terdengar seperti kokangan suara senjata dalam sudut rumah itu. Gadis itu berhenti melihat ke adiknya. Tampaknya adiknya mendengar itu juga.
Suara itu terdengar lagi, kali ini terdengar letusannya. Mereka menuju arah suara itu. Suara itu berasal dari bawah perapian ruangan itu. Suara itu semakin nyata. Dion mengarahkan senternya ke perapian. Kakaknya telah berdiri di sampingnya. Diraihnya kotak persegi empat yang sudah mulai usang itu. Bunyi itu berhenti. Kotak itu sangat berat., ia mengarahkan cahaya senter ke bagian depan kotak itu, terlihat seperti gambar anime dengan berpakaian hitam-hitam dengan topi hitam pula. Disudut kanan atas tercetak bilur-bilur yang bertuliskan mafia war.
“Apa itu” kakanya memecahkan kesunyian
“Aku tak tahu” dibukanya kotak itu.
Tiba-tiba dirasakannya udara seperti terserap ke dalam kotak persegi empat berwarna metalik kusam itu. ia dan kakanya bergidik. Di dalam kotak itu terdapat papan permainan, dua buah dadu dengan sebuah batu berbentuk manusia abstarck. Ia mencoba meraih batu itu tapi keras sekali. Tiba-tiba batu itu bergerak otomatis ke ujung papan permainan itu..
Dan pada saat batu itu menyentuh start awal, dari sudut pinggir bagian kanan kotak itu nampak tulisan “Welcome aboard ini Mafia War”. Tiba-tiba mereka tertarik ke dalam permainan itu. Dilihatnya tubuh adiknya yang memanjang memasuki kotak permainan itu, ia berusaha meraihnya tapi gadis itu tetap tertarik dalam permaianan itu. Rasanya sakit sekali seperti di tarik-tarik ia mendengar suara adiknya yang berteriak-teriak meminta pertolongan. Mereka seperti berada di sebuah lorong waktu yang tidak bertepi. Mereka terus berteriak meminta pertolongan di dalam lorong waktu itu…..

Bersambung....

Tidak ada komentar: