Translate

28.7.10

Anak juga Butuh Keluarga Berkualitas

Dede berusia 14 tahun dan merupakan anak sulung dari pasangan keluarga Wijaya. Kedua orang tuanya pasangan yang super duper sibuk. Ayahnya bekerja sebagai manager di sebuah perusahaan garmen. Sedangkan ibunya menjalankan bisnis bakery. Nyaris setiap hari tanpa jeda waktu mereka berdua hanya dihabiskan untuk bekerja, tanpa memperhatikan keluarga. Hingga suatu hari sang Ayah iseng-iseng ke kamar pribadi anaknya dan menemukan beberapa keping VCD porno dan ganja di dalam kamarnya. Betapa shocknya sang Ayah dan segera mendamprat anak semata wayangnya habis-habisan. Namun jawaban pendek sang anak hanya "Tumben, Papa punya waktu mengecek kamar saya". Sang ayah hanya terdiam membisu.

Mungkin sobat pernah mendengar cerita yang nyaris sama. Pada beberapa kasus kenakalan anak/remaja umumnya jika bukan karena kurang perhatian ortu faktor lain dapat disebabkan oleh lingkungan sekolah atau lingkungan tempat tinggal.
Dalam kasus dede, sang anak berasa broken home mencari pelarian dengan kondisi lingkungan di luar rumah yang tidak aman, dan berpengaruh negatif terhadap sang anak. Ini sering loh, jika seorang anak tidak memiliki kontrol diri, ia akan mudah terbawa arus. Punya teman pemadat. Ia akan menjadi pemadat. Punya teman yang hobinya berkelahi. Ia akan mengikut.
Keluarga Berkualitas
Ngomongin soal keluarga berkualitas gak mesti dong harus 24 jam mengawasi sang anak. Emangnya satpam 24 jam. Terakhir malah di cap ortu rese'lagi.
Besarnya kuantitas pertemuan dengan sang anak gak menjamin, sang anak akan berada pada jalur yang positif. Kuantitas harus sejalan dengan kualitas pertemuan dengan sang anak. Sebagai role model, orang tua harus memotivasi sang anak dengan perilaku yang positif. Namun dalam rangka mengarahkan sang anak jangan sampai memprotek anak dengan berlebihan. Orang tua harus memberikan ruang untuk anak berkreasi, mengemukakan pendapat, menciptakan keluarga yang harmonis serta nyaman untuk anak.
Nah dengan memberikan komunikasi dan pengertian yang kepada anak, Insya Allah anak memiliki kontrol diri agar tidak terbawa dalam pergaulan negatif.
Sekolah
Sebagai tambahan, bagi pihak sekolah baiknya memilih kualitas guru yang lebih baik dan mengerti tentang perkembangan anak khusus untuk materi pendidikan agama dan konseling. Karena umumnya untuk bidang agama ini para guru sering hanya mengulang membacakan dari text book tanpa mengembangkan lebih dalam intisari buku tersebut. Apakah dengan menambahkan sedikit materi ceramah dari pemuka agama atau bedah buku agama dll. Padahal pelajaran agama merupakan pendidikan tambahan bagi anak selain ilmu yang diperoleh dari orang tua. Jika sang anak tidak mendapatkan intisari agama yang cukup dalam rumah. Bagaimana dengan sekolah yang hanya diperoleh dua jam mata pelajaran agama yang monoton ? Tentunya ini PR bagi sekolah yang merupakan rumah kedua bagi sang anak.
____________________
Selamat hari anak indonesia !