Translate

19.7.11

"Sepasang Mata Untuk Cinta Yang Buta"



Farid

12.00 Waktu istirahat tiba
Seperti dihipnotis semua langsung bergegas meningggalkan pekerjaannya, tidak terkecuali aku.
Aku berbalik kebelakang, menatapnya.
Ia masih disana, tidak bergeming.
di dekat jendela menatap nanar screen monitor komputer
Andrea tak makan jeung tegurku
Ia hanya menggeleng malas tanpa sedikitpun menoleh dari screen komputer.
Aku tahu matanya masih sembab, aku tahu hatinya pedih.
Tapi ini harus. Aku tak bisa membiarkan hubungan ini terus menerus.
Walaupun aku sangat mencintainya

Andrea

Serabutan aku mengerjakan pekerjaan tadi pagi, dan siang ini perasaanku masih sama.
Dada ini masih sesak, Mata ini masih sembab, Pikiran ini masih kacau seperti dikelilingi lima ekor tawon berdengung di kuping ku. Eh bukan lima tapi ratusan ! dan mereka masih berdengung sampai detik ini.
Aku bahkan tak sadar saat dia datang dan menanyakan keadaanku. Catat ! dia masih menanyakan keadaanku, seharusnya dia cuek saja membiarkanku di kerubungi lalat. Dan baru ditemukan seminggu kemudian dalam keadaan koma ! Ah koma, aku benar-benar koma saat ini. Bagiku ini lebih parah dari pada diputusin michael karena mendua ! Aku menatap kosong screen komputer.
Masih jelas diingatanku semalam "Dre, ini harus berakhir. Kita tak bisa seperti ini terus, terlalu banyak yang harus dikorbankan"
Nafasnya begitu berat
Hanya Allah SWT, yang tahu aku mencintaimu. Tak ada yang lain. Hanya kamu dre
aku melihat kesungguhan dalam matanya dan tak sedikitpun ada kebohongan disana
Sosoknya yang biasanya sabar, empati dan meneduhkan, malam itu yang tersisa hanya ketegasan disana.

"Aku berharap andrea menemukan seseorang yang jauh lebih baik dariku"


ia mencoba tersenyum.
Sebuah senyuman yang meneduhkan.
Aku harap aku bisa....
____________________________________________________________

Btw OOT aku ngambil judulnya ini dari buku lingkar pena "Sepasang Mata Untuk Cinta Yang Buta" ditulis oleh Noor H. Dee. Berikut sinopsisnya :
Cinta lahir tanpa mata. Itu sebabnya Cinta tidak pernah tahu seperti apa rupa cahaya. Hanya kegelapan yang selalu menyertai kehidupannya. Pagi, siang, senja, malam, baginya sama saja. Gulita. Tetapi, seiring dengan berjalannya sang waktu, akhirnya Cinta mengerti juga betapa pagi dan malam tidaklah sama. Cinta mengetahui hal itu melalui semesta suara. Suara-suara di pagi hari amatlah berbeda dengan suara-suara yang didengarnya di malam hari. Cinta memang buta, tetapi Cinta masih memiliki kedua telinga untuk mendengar segala jenis suara. Cinta mengetahui banyak hal dengan mendengar. Cinta melihat dunia dengan kedua telinga