Translate

18.7.12

Jakarta, dekat di mata jauh ditikungan...


Sumber Gambar : Disini

Jakarta, dekat di mata jauh ditikungan...

(maksud loe ?? ...hehe piss deh )

Menikmati kota Jakarta, memiliki seni tersendiri buat pendatang seperti aku. Yang biasanya  menggunakan tranportasi umum, baik angkot, bus ataupun kadang-kadang menikmati taxy. Yang jelas menikmati transportasi umum di Jakarta harus rela terjebak terjebak macet yang terkadang yang hanya lima ratusan meter di depan mata bisa tiba setengah jam kemudian. Yah, maklumlah Jakarta dekat di mata, jauh di jarak.

Anyway, Kehadiran busway di Jakarta yang sepertinya mengadopsi ide transportasi bus di seoul, korsel, belum sepenuhnya efektif untuk mengurangi kemacetan, dimanaArmadanya belum memenuhi kuota dan kurang lapang, ruang tunggu yang kurang nyaman, jadwal berangkat/tiba yang tidak pasti, halte yang belum mencakup semua kawasan perkantoran/perumahan sehingga busway masih belum menjadi pilihan utamatransportasi di Jakarta. Padahal jika difungsikan dengan baik dan didukung sistem informasi teknologi yang maju, pastinya masyarakat akan lebih melirik menggunakanbusway, dilihat dari mobilitasnya yang lebih fleksibel, lebih murah pengadaannya dari pada transportasi umum lainnya seperti kereta api/listrik.
Selain transportasi umum yang tidak memadai, disiplin lalu lintas yang sangat rendah banyak di jumpai di kota Jakarta. Banyak kendaraan pribadi maupun umum mengambil jalur busway, bahkan beberapa kali aku menjumpai kendaraan melewati trotoar tengah jalan untuk menyeberang ke jalur disebelahnya. Dan, ajaibnya gak ada polisi disana, padahal saat itu busy hour dan termasuk daerah titik rawan macet.

Kebijakan buka tutup jalan

Aku masih ingat sewaktu ada pekerjaan ke daerah bogor lalu dan mendapati jalan menuju cipanas yang sangat sempit, lagi hujan dan dua jalur harus di tutup karena Bapak Presiden balik dari Istana Negara. Jujur, saya nggak bisa membayangkan jika setiap pagi dan jam pulang kantor, jalan itu harus di tutup, belum wapres atau pejabat lainnya, yang jika memang harus melakukan protokoler buka tutup jalan, atau event-event pemerintahan yang cukup besar yang mengharuskan membuka tutup jalan-jalan protokol. Gak heran jika rata-rata penduduk Jakarta beraktivitas di pagi buta.
Kondisi ini membuatku jadi teringat mengapa tidak disetujui pemerintahan di pindahkan di Kalimantan dalam satu atap agar lebih efisien waktu dan kerja. Lalu, Jakarta hanya difungsikan sebagai kota bisnis saja. Yah, mengadopsi pemerintahan Malaysia gitu, khan lebih bagus yah nggak ? Yah, walaupun belum bisa dilaksanakan dalam kondisi saat ini, tapi ini bisa dijadikan pertimbangan dalam rencana jangka panjang ke depan

Jalan Layang

Keberadaan jalan layang di Jakarta, pastinya cukup menolong namun ini kadang menjadi boomerang juga. Karena di bawahnya menjadi daerah kumuh yang tidak terawat. Ini harusnya, menjadi perhatian pemerintah setempat. Harusnya POL-PP Jakarta rajin mengecek daerah pinggiran atau lahan milik pemerintah . Jangan setelah, pendatang yang sudah hidup bertahun-tahun di sana dan menganggap tanah mereka, baru di usir paksa. Harusnya, pada saat baru ditempati POL-PP sudah sigap untuk melakukan pembersihan agar wajah Jakarta lebih cerah dan tidak dijumpai banyak pemukiman kumuh.

Ojek

Perlunya ijin resmi/plat angkutan umum untuk ojek-ojek yang beroperasi. Agar lebih tertib.

Dan sejumlah solusi lain yang mungkin dapat mengurangi kemacetan di Jakarta.
Nah, dengan pe-er yang bejibun untuk membuat Jakarta bebas macet dan nyaman untuk masyarakatnya. Pastinya akan menjadi beban yang berat di pikul untuk Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur selanjutnya, dan doaku semoga kandidat terbaiklah yang akan dipilih oleh masyarakat. Dan untuk para golput, jika memang belum ada yang sempurna untuk periode selanjutnya. Maka Pilihlah yang mendekati sempurna untuk memikul tanggung jawab menjadikan wajah Jakarta lebih baik lagi, di putaran kedua nanti.Semoga saja.