Translate

15.2.13

Apakah cinta saja cukup ?


Seorang sahabat pernah membuat status di Blackberry Messenger  “Butuh lebih dari sekedar cinta untuk sebuah pernikahan”. Makna kalimat itu jelas, tidak tersirat dan  dikutip dari novel  metropop, yang aku lupa judulnya. 

Bagiku, pernikahan adalah tahap sakral dalam sebuah hubungan, sebab terdapat  janji seumur hidup diantara keduanya kepada Tuhan, orang tua bahkan seluruh keluarga dikedua belah pihak yang harus ditepati. Sebuah janji untuk harus selalu saling menjaga dalam suka dan duka, merawat, memahami bahkan melepaskan ego untuk hal yang lebih baik, nantinya. 

Saya paham, saya bukan orang yang tepat dan ahli dalam mendeskripsikan bagaimana sebuah pernikahan ideal itu.  Sedangkan dalam pernikahan sendiri terdapat kejutan-kejutan  rumit yang sering terjadi , apalagi setelah kehadiran  seorang anak, yang menyebabkan kualitas tidur malam akan menjadi sangat berharga dan serentetan hal-hal yang jauh dalam bayangan kita yang membuat tersadar semua memori indah dimasa awal pertemuan hanya seperti siluet  yang digantikan dengan sebuah kenyataan “ini adalah salah satu kesalahan besarku dimasa lalu”.

Well, di luar dari segala masalah yang timbul dalam pernikahan, saya sedikit tergelitik dengan kalimat di atas karena bagiku “Cinta itu cukup dalam sebuah pernikahan”.  Mengapa ? karena dengan cinta, membuat segala hal lebih mudah dari sekedar janji  yang harus ditepati dan kewajiban dalam berumah tangga.

Contoh sederhana, setiap pagi tugas ibu menyiapkan sarapan. Jika baginya menyiapkan sarapan adalah sebuah kewajiban, maka yang ada di meja adalah hidangan junk food yang hanya mengganjal perut bagi seluruh keluarga. Namun, jika sang ibu mencintai seluruh keluarganya, ia akan berusaha bangun lebih pagi, menyiapkan makanan dan minuman yang memberi energi agar seluruh keluarga mempunyai semangat untuk beraktifitas seharian di sekolah atau di kantor.  

Sedangkan untuk ayahanda, setelah bekerja membanting otak dan mulut pegal karena  meeting seharian, lalu berharap tiba di rumah istri akan tampil cantik dan sexy menggoda, namun apa daya istri juga lelah setelah aktifitas seharian di rumah.  Jika ayahanda bekerja karena kewajiban, ia akan menghabiskan waktunya merutuki diri atau bahkan ngomel-ngomel di rumah “Sudah berusaha cepat pulang, malah dicuekin di rumah”, Tapi jika ia mencintai keluarganya ia akan mengesampingkan rasa lelahnya, menggendong sebentar sang anak tercinta, bertanya pada sang istri tercinta apa saja kegiatannya seharian atau adakah sinetron yang bagus ditelevisi, atau mengatakan betapa beruntungnya ia memiliki keluarga kecil bahagia ini.

Bagiku konsep cinta itu tidak rumit, universal dan sederhana. Jadi, apakah dibutuhkan lebih dari sekedar cinta untuk sebuah pernikahan ? Cinta saja cukup, ah baiklah aku mau tambahin “Cinta itu cukup dalam sebuah pernikahan,  dan harus ikhlas menjalankannya” ..ups.. ini lebih dari sekedar cinta yah

Sumber gambar : google 

7 komentar:

Mugniar mengatakan...

Jadi, cinta saja tak cukup? EH malah balik nanya :)

Oya, sudah lama saya mau tanya, bersaudara ki' sama Anhar Buna? (aheng).
Aheng itu kakak kelas di SMA dan di FTUH.

Sri mengatakan...

hehehe ^^
btw wah maaf, tidak mba hanya nama keluarga saja yang mirip :p

RaRa mengatakan...

hmmm idealnya emang seperti itu.
tapi sampai kapan bisa menjaga kondisi ideal seperti itu?

Waktu mengubah semuanya :)

i-rara.com

Sri mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Sri mengatakan...

wah senangnya mba rara mau berkunjung kemari ^^
btw komentarx dalem banget mba, yah waktu mungkin bisa mengubah segalanya ...jika kita dan orang yg kita sayangi tdk menjaganya dengan baik :)

ibrahim sukman mengatakan...

saya orang yang selalu bingung jika membaca soal cinta. sebab, cinta itu soal rasa yang tentu ada varian-varian di dalamnya baik positif maupun negatif. Jika muncul di publik, maka kata cinta akan menjadi sangat relatif dan subyektif. salam cinta...

Sri mengatakan...

hehe...salam juga pak :D